1.
Pengertian
Salah Nalar (Fallacy).
Salah
nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini
terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih
dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
Pada salah nalar kita tidak mengikuti tata cara pemikiran dengan tepat. Telaah
atas kesalahan itu membantu kita menemukan logika yang tidak masuk akal dalam
tulisan.
Contoh salah
nalar :
Emilia,
seorang alumni STIE Serelo Lahat, dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Oleh sebab itu, Halimah seorang alumni STIE Serelo Lahat, tentu dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Salah nalar ada dua macam
1.
Salah nalar induktif,
berupa :
a)
Kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
b)
Kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
c)
Kesalahan analogi.
2.
Kesalahan deduktif dapat
disebabkan :
a)
Kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi,
b)
Kesalahan karena adanya term keempat,
c)
Kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak
dibatasi, dan
d)
Kesalahan karena adanya 2 premis negatif. Fakta atau
data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.
2.
Jenis-jenis Salah Nalar
a.
Deduksi yang salah
Salah nalar yang amat lazim ialah simpulan yang salah dalam
silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis yang tidak memenuhi syarat.
Misalnya: Pengiriman manusia ke bulan hanya penghamburan. ( Premisnya: Semua
eksperimen ke angkasa luar hanya penghamburan).
b.
Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini disebut juga induksi yang salah karena jumlah
percontohnya yang terbatas tidak mamadai. Harus dicatat bahwa kadang-kadang
percontoh yang terbatas mengizinkan generalisasi yang sahih.
Misalnya : Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Orang
Indonesia ada yang malas dan ada juga yang tidak ramah).
c.
Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
Salah nalar ini berpangkal pada keinginan pada keinginan
untuk masalah yang rumit dari dua sudut pandang (yang bertentangan) saja. Isi
pernyataan itu jika tidak baik, tentu buruk; jika tidak betul, tentu salah:
jika tidak putih, tentu hitam. Misalnya : Petani harus bersekolah supaya terampil.(Apakah
untuk menjadi terampil kita selalu harus bersekolah?).
d.
Salah nilai atas penyebaban
Generalisasi induktif sering disusun berdasarkan pengamatan
sebab dan akibat, tetapi kita kadang-kadang tidak menilai dengan tepat sebab
suatu peristiwa atau hasil kejadian. Khususnya dalam hal yang menyangkut
manusia, penentuan sebab dan akibat sulit sifatnya. Salah nilai atas penyebab
yang lazim terjadi ialah salah nalar yang disebutpost hoc, ergo propter hoc
‘sesudah itu, maka karena itu’.
Misalnya : Swie King jadi juara karena doa kita. (Lawan Swie
King tentu juga didoakan para pendukungnya).
e.
Analogi yang salah
Analogi adalah usaha perbandingan dan merupakan upaya yang
berguna untuk mengembangkan penalaran. Namun, analogi tidak membuktikan apa-apa
dan analogi yang salah dapat menyesatkan karena logikanya salah.
Misalnya : Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal
memimpin divisi. (Universitas itu bukan tentara dengan disiplin tentara).
f.
Penyimpangan masalah
Salah nalar di sini terjadi jika argumentasi tidak mengenai
pokok, atau jika kita menukar pokok masalah dengan pokok yang lain, ataupun jika
kita menyeleweng dari garis.
Misalnya : Program Keluarga Berencana tidak perlu karena
tanah di Kalimantan masih kosong (Manusia tidak bisa hidup dengan hanya
memiliki tanah).
g.
Pembenaran masalah lewat pokok sampingan
Salah nalar di sini muncul jika argumentasi menggunakan pokok
yang tidak langsung berkaitan, atau yang remeh, untuk membenarkan pendiriannya.
Misalnya, orang merasa kesalahannya dapat dibenarkan karena lawannya juga
berbuat salah.
Misalnya : Saya boleh berkorupsi karena orang lain berkorupsi
juga. (Korupsi dihalalkan karena banyaknya korupsi dimana-mana).
h.
Argumentasi ad hominem
Salah nalar terjadi jika kita dalam argumentasi melawan
orangnya dan bukan persoalannya. Khususnya di bidang politik, argumentasi jenis
ini banyak dipakai.
Misalnya: Ia tidak mungkin pemimpin yang baik karena
kekayaannya berlimpah. (Yang dipersoalkan bukan kepemimpinannya).
i.
Imbauan pada keahlian yang disangsikan
Dalam pembahasan masalah, orang sering mengandalkan wibawa
kalangan ahli untuk memperkuat argumentasinya. Mengutip pendapat seorang ahli
sangat berguna walaupun kutipan itu tidak dapat membuktikan secara mutlak
kebenaran pokok masalah.
Misalnya : kita mengutip pendapat bintang film tentang
pengembangan demokrasi.
j.
Non Sequitur
Dalam argumentasi, salah nalar ini mengambil simpulan
berdasarkan premis yang tidak, atau hampir tidak, ada sangkut pautnya.
Misalnya : Partai Rakyat Madani paling banyak cendekiawannya;
karena itu usul-usulnya paling bermutu. (Tidak ada korelasi antara kecendekiaan
dan kepandaian merumuskan usul).
3.
Salah Nalar dalam Komunikasi
Salah satu penyampaian komunikasi adalah
berita, baik itu dari media elektronik, ataupun dari media massa. Penyampaian
berita yang dsampaikan sering sekali terjadi kesalahan dalam berpikir, sehingga
dapat mengakibatkan kesalahan dalam penalaran/nalar bagi penerima berita. Kekurang
cermatan seseorang atau jurnalis dalam melihat hubungan logis antara satu fakta
dengan fakta lain dalam konteks hubungan sebab-akibat, dan kekurangcermatan itu
kemudian dituangkan dalam teks berita, bisa menyesatkan “logika” pembaca atau
pemirsa. Ketika pembaca atau pemirsa menganggap teks yang dihasilkan jurnalis
itu sebagai sebuah kebenaran, maka kesesatan logika pun jadi dianggap benar.
Fakta berupa pernyataan yang mengandung
salah nalar atau sesat logika memang bisa saja berasal dari narasumber. Bisa
saja narasumber sengaja untuk kepentingan tertentu, atau tak sengaja karena
sebab tertentu. Namun, bukan berarti jurnalis bisa begitu saja meloloskannya menjadi
fakta dalam teks berita. Bahkan, pada tahap awal, jurnalis seharusnya langsung mempersoalkan
pernyataan yang salah nalar itu kepada narasumber.
Sebagai contoh pernyataan salah nalar
muncul di dua media cetak, Kedaulatan Rakyat(24/3/09, hal 24) dan Koran Tempo
(25/3/09, hal B3) :
-
Pada Kedaulatan Rakyat, salah nalar muncul di
alinea ke-5 berita berjudul Golput Rugikan Proses Demokrasi. Berita ini memuat
pernyataan dua pimpinan partai politik tentang golput pada saat keduanya
kampanye, yaitu Yusril Ihza Mahendra (Ketua Majelis Syuro Partai Kebangkitan
Bangsa) dan MS Kaban (Ketua Umum Partai Bulan Bintang).
Alinea ke-5 berita tersebut, yang hanya terdiri atas tiga
kalimat (dua kalimat tak langsung dan satu kalimat langsung berupa kutipan),
memuat pernyataan MS Kaban tentang golput. Alinea selanjutnya berisi topik lain
yaitu tentang panwaslu. Alinea ke-5 ditulis demikian: Hal senada diungkapkan
Ketua Umum PBB, MS Kaban. Menurut Kaban, golput merupakan tindakan orang yang
tidak bertanggungjawab. “Sebab kita saat ini sedang mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujarnya.
-
Pada Koran Tempo salah nalar muncul pada berita
tentang kelangkaan pupuk. Persoalan salah nalar mulai di judul hingga di tubuh
berita. Judul berita suratkabar ini demikian : Pupuk Langka karena Petani Belum
Ikut Kelompok Tani.
Pada lead (memimpin), salah nalar di judul dipertegas. Kepala
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah Aris Budiono menyatakan kelangkaan atau
kesulitan petani dalam memperoleh pupuk pada musim tanam kedua tahun ini
disebabkan masih banyak petani yang belum masuk kelompok tani.
4.
Konsep dan simbol dalam
penalaran
Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran
yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang
digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan
berupa argumen. Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak
dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan
adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa
argumen.
Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran
konklusi dari premis. Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk
pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada
proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi.
Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula
proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau
dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi
merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
5.
Kesimpulan & Saran
Jadi, maksud dari penalaran adalah untuk menemukan kebenaran.
Dan kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi :
-
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang
sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang
memang salah.
-
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan
dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini
harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti
penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang
tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis
tepat.
Untuk itu dalam berkomunikasi kita
hendaklah menggunakan kata-kata atau kalimat yang mudah di mengerti oleh orang
lain, sehingga tidak mengalami kesalahan nalar dalam berkomunikasi.
Saran
Komunikasi yang baik haruslah didukung dengan kecermatan
dalam mengolah kata-kata atau kalimat, dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar maka kesalahan dalam penyampaian informasi atau berita dapat
terminimalisasikan kesalahan nalar bagi pembaca atau penerima berita.